Selasa, 02 November 2010

Decision


Selasa, 2 November 2010

Seringkali keputusan yang kita ambil harus kita telusuri lagi.
Apa dan kenapa kita memilihnya.
Pilih saja mudah, tinggal tunjuk, tinggal bilang iya atau tidak. Tapi proses sampai kepada keputusan itu sulit.

Saya, adalah pengambil keputusan yang buruk. Saya semaunya sendiri.
Saya bilang iya dan tidak sesuka mulut saya.
Kalau saya bilang "iya", kenapa kamu protes?
Kalau saya bilang "tidak", kenapa?
Selama itu tidak merugikan saya, sini saya setujui.
Tapi kalau saya sudah nggak suka, pergilah. Pergi saja sana.

Namun, bagaimanapun juga, yang namanya hidup itu ada interaksi.
Balon berinteraksi dengan talinya.
Kucing berinteraksi dengan buntutnya.
Angin dengan udara.
Langit dan bumi.
Bulan dan matahari.
Manusia dengan Tuhan, alam, dan sesamanya.

Semua terhubung. Jalinannya ribet, kayak benang kusut.
Mungkin kalau dilihat dari atas, dunia akan tampak seperti karpet warna-warni yang terdiri dari jutaan benang tenun. Benang ke benang. Hati ke hati.
Kalau saya menarik garis lurus ke arahmu, saya tahu garisnya warna merah jambu. Merah jambu tersipu.
Warna cinta.

Karena kita semua terjalin, keputusan kita akan mempengaruhi yang lainnya.
Saat saya memutuskan untuk menebang sebuah pohon kecil, mungkin akan ada burung yang kehilangan sarang, terus dia terbang ke rumah orang, terus dia ketemu sama burung peliharaan orang itu, terus mereka jatuh cinta, kawin lari, dan pemiliknya kecewa lalu gantung diri.
Kompleks men!

Keputusan saya, akan berdampak bagi orang lain, entah baik atau buruk.
Saat saya bilang "tidak", mungkin satu orang tersenyum dan orang yang lain kecewa.
Lalu kenapa?
Saya tanya: lalu kenapa kalau begitu? Apa urusan saya?
Bukankah yang rugi bukan saya?

Setelah saya pikir dengan lurus: Yah, itu namanya egois.
Kalau yang senang cuma saya, buat apa?
Kalau keputusan saya bikin kecewa, memangnya saya senang?
Nggak. Nggak. Nggak.
Huh huh huh!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar