Sabtu, 13 November 2010

Jika

Jika hujan itu pembawa pesan Tuhan, saya pasti akan menyempatkan diri berhenti sejenak di bawah hujan untuk mendengarkannya.

Jika di atas awan sungguh-sungguh ada sebuah negeri seperti di dongeng, saya ingin berkunjung, makan bola-bola kapas setiap hari.

Jika semua manusia tidak bisa melihat, kita berkenalan lewat bau, rasa, dan bunyi, dan lewat hati. Hei, bisakah kau mengenali hatiku?

Jika udara tidak gratis, saya mungkin akan hemat-hemat bernapas dan ngomong.

Jika saya bisa terbang, ah tidak mungkin..

Jumat, 12 November 2010

Untuk Kali Ini Saja, Jangan Ganggu Dulu (Oh ya, Baru Tahu ya Saya Egois?)

Maaf saya maunya di sini, jangan paksa-paksa ya.
Tolong tali itu dilepaskan simpulnya.
Begitu rupa, begitu rumit, kenapa dibikin segini susahnya.
Saya hadir loh, ya saya hadir. Tapi di sini, bukan di sana.
Berjalan malam-malam langkah demi langkah.
Saya tidak menghitung, cuma menggumam. Kanan kiri kanan kiri.
Maukah jarum jam berhenti. Maukah kau melambai.
Apakah padang gurun pernah terselimuti salju?

Ah, maaf ya.
Saya cuma sedang rindu dipeluk-peluk, di acak-acak rambutnya.

Kamis, 11 November 2010

Snow Dream


Lagi-lagi saya terjaga tiba-tiba.
Dengan setengah hati karena keterikatan saya yang monoton terhadap mimpi.
Monoton. Monokrom. Sama saja. Satu warna.
Tapi mereka tidak disertai bosan.
Karena saya mencintai mimpi-mimpi saya.

Saya mimpi Obama --"
Mungkin ini karena pengaruh kebanyakan nonton tivi, dimana-mana ada Obama.
Bahkan iklan tivi yang pakai Obama palsu muncul berkali-kali.
Seharian saya nungguin iklan so nice favorit saya, tapi nggak muncul-muncul.
Kasian sekali mereka jadi turun pamor tiba-tiba.

Di mimpi saya, Obama berpidato di podium, mirip kayak di kampus UI.
Tapi di luar bersalju dan kami pakai baju tebal.
Obama di Leiden.
Saya mendengarkan pidato Obama di Leiden.
Leiden.
Leiden.
Leiden.
Ya Tuhan..

Saya sungguh sangat-sangat ingin sekali bisa sekolah di sana.
Bagaimana ya?
Bagaimana ya?

Selama ini saya hanya terhubung dengan mimpi.
Mimpi yang layu saat saya membuka mata.
Yang cuma tertinggal serpih-serpihnya.
Bagaimana dong saya menyatukannya?
Bagaimana..

Rabu, 10 November 2010

You Belong With Me



If you could see that I'm the one who understands you
Been here all along so why can't you see

Baby...

You belong with me


I'm the one who makes you laugh

When you know you're about to cry

And I know your favorite songs

And you tell me about your dreams

I think I know where you belong

I think I know it's with me...


Can't you see that I'm the one who understands you

Been here all along

So why can't you see

You belong with me


Have you ever thought just maybe

You belong with me


Taylor Swift-You Belong With Me

Selasa, 09 November 2010

Grey: The crumpled grey. You



Setiap kali ada dua hal yang berlawanan.
Atau kalau tidak berlawanan, mereka berpasangan.
Namanya sisi abu-abu. Dia tak pernah jelas memposisikan dirinya.
Kadang mau putih, kadang mau hitam.
Di sini, jangan samakan hitam dengan buruk dan putih dengan baik.
Saya cuma pinjam nama mereka saja.
Hai hitam, halo putih, apa kabar?

Saya dan pikiran saya sering terjebak di zona abu-abu.
Melingkar dan berputar-putar di sana, kayak obat nyamuk bakar.
Saya ingin ke hitam, tapi saya juga ingin ke putih.
Saya tidak bisa memilih, karena kalau saya lepaskan salah satu, saya timpang.

Abu-abu kali ini sungguh pekat.
Baunya manis memualkan. Terlalu manis.
Kotak saya tidak cukup kedap untuk menyimpan manisnya.

Saya ingin sekali berbicara lagi, seperti dulu, dengan gurau dan senyum santai.
Itu putih.
Saya ingin kabur, melupakan, supaya saya lupa dan kamu nggak lagi mengganggu pikiran saya.
Itu hitam.
Saya kayak orang bodoh, senyum sebentar, bicara sebentar, lalu pergi begitu saja.
Itu abu-abu.

Ya ya ya..

Senin, 08 November 2010

Cerita Tiga Hari

06, 07, 08 November 2010

Sudah tiga hari.
Kisahnya sama-sama saja. Makanya saya cuma menulis kali ini.
Anggap saja ini cerita tiga hari.
Sungguh tidak sopan ya saya, padahal sudah janji sama diri saya sendiri untuk bercerita tiap hari, namun dilanggar juga.
Hari ini Senin dan tumben saya senang hari ini.
Hari tertawa.
Hari banyak tertawa.
Tawa di siang hari, sore, dan malam hari.
Hari berbagi cerita, hummm...

Saya percaya sekali akan kalimat: badai pasti berlalu.
Bagi saya itu mantra yang ajaib.
Asal kita mampu melewatinya, pasti badai itu bakalan jauh-jauh deh.
Kata teman saya, itu karena penerapan problem fokus pada masalah yang dihadapi.
Yah, problem sama dengan masalah. Saya memang bersahabat sekali dengan masalah.
Kami akrab bagai kepompong.

Oh iya, saya belum bercerita tentang kamu.
Tempo hari kita bertemu sekian menit, dan bertatap mata sekian detik.
Sebentar sekali ya sayang.
Kamu perlu pergi ke tempat itu, dimana ada bapak-bapak, kaca dan pohon beringin.
Tapi tidak juga tak apa.
Saya suka gerakan mengibaskan kepala itu.
Kebiasaan baru sekarang, eh?

November november, saya ingin sekali mengucapkannya keras-keras, sebelas kali, di atap rumah.