Kamis, 28 April 2011

Surat Buat yang Hilang:

Halo, ini untukmu:
membuka mata dan menggapai-gapaimu seperti biasa, namun kamu tidak di sana
sebenarnya kamu tidak pernah di sana, cuma saya yang mengada-ada
tapi biasanya meskipun itu bohongan, kamu tetap ada, mengucap selamat pagi dengan senyum lebar tiga jari
lalu saya balas: selamat pagi, kamu mau kopi?
kamu bilang tidak, seperti biasa, kamu bilang mau es krim
saya bilang nanti, karena hari masih pagi
selanjutnya saya beranjak bersujud dan meminta-minta sebentar, biasanya ketika saya menoleh lagi kamu hilang
tapi kamu akan kembali saat saya sudah di depan cermin dan bilang selamat menjalani hari
tidak saya balas karena kamu cuma di cermin, kamu tuli, salammu saya dengar di hati, kamu tahu saya dengar
saat tengah hari, saya dan kamu sama-sama tahu matahari memekik-mekik di atas sana
kita berdua berpayung merah muda, dengan gagang yang sudah patah
berjalan pelan-pelan, bertanya tentang kabar, namun lebih sering diam karena saya sibuk tersenyum
senyum dengan bibir tertutup, jadi saya tidak bisa bicara, sunyi saja
kamu juga diam, mungkin tidak peduli mau bicara apa
lalu saya melepas sepatu dan kamu juga lepas dari payung merah jambu
payungnya terkatup sekarang, tergantung di dinding siap ditanyai, sedang apa dia, sedang apa dia, sedang apa dia?
saya bertanya sampai saya tertidur
saat langit merah tua terkadang kita bertukar surat, meskipun lebih sering saya yang mengetuk pintumu
mungkin kamu juga sibuk bertanya pada payungmu hingga lelah dan terlelap
saya bilang lihat jari saya merah karena kamu tak kunjung membuka pintu
kamu diam saja, saya tersenyum saja, jari saya memerah saga
saya menari di depanmu dan merajuk, kamu berkedip sekali dua kali, kamu bilang itu artinya isyarat ya-ya-ya
mari beranjak dari sini, bayangan kita semakin hilang
bertukar selamat malam dan menyimpan senyum penuh-penuh di saku baju
kemudian menatanya di langit-langit kamar supaya saya bisa menghitungnya hingga terlelap
pagi satu, pagi dua, pagi tiga,
bayangmu di cermin tinggal separuh
separuh dan selanjutnya kamu tidak datang lagi
saya bilang selamat pagi sendiri, entah kepada siapa saya menawari kopi
lalu saya melihat lagi lengkungan bulan,
di atasnya pria memancing dari dulu, memancing bintang untuk lauk makan malam kita
terkadang bayangan di bulan itu kamu dan suratmu
malam-malam kamu tidak datang, saya sampaikan salam saja pada bulan, halo selamat malam
lewat perantara bulan saya mendengar jawaban: aku tak datang