Rabu, 08 September 2010

Time Bomb

Rabu, 08 September 2010
(dua hari sebelum Idul Fitri 1431 H)

Waktu, bagi saya seakan berlari.
Padahal saya nggak ngejar-ngejar.
Satpam juga nggak ngejar.
Lebih sering satpam ngejar maling.

Bagi saya, waktu kali ini larinya lebih cepat daripada pelari maraton nasional.
Saya harus susah payah mengejarnya.
Bahkan seringkali saya yang dikejar-kejar waktu, sampai saya terbirit-birit lari darinya.
Lihat saja saat saya harus mengumpulkan tugas esai yang belum selesai, waktu seakan lintasan kabur yang menit-menitnya hilang secara misterius.
Ini emang namanya prokrastinasi. Salah satu hobi saya.

Saya takut suatu saat nanti di lintasan ini waktu berlari cepat mendahului saya dan kemudian berhenti di ujung depan saya.
Karena ini orbit saya juga, mau tak mau saya harus ikut berhenti di tempat waktu saya berhenti.
Padahal baju saya masih rombeng.
Lingkaran halo di kepala saya belum terbentuk.
Saku hati saya kosong.
Koper bawaan saya masih enteng.
Sampah di ransel saya masih belum terbuang seluruhnya.
Apa yang akan saya persembahkan nanti di pintu ujung sana?

Saya takut. Sungguh.

Mohon maaf lahir batin.

Malam-malam Hujan Sore


Hujan.
Kemarin, kemarin lusa, dan hari ini hujan. Langit seperti menangis saking banyaknya air yang tumpah.
Dan dua hujan terakhirku cantik sekali.
Karena ada kau bersamaku menunggu terang.

Yah, sebenernya kalimat pembuka di atas agaklah lebay melambai.
Saya yakin kalimat itu nggak ada artinya apapun buat anda. Tapi buat saya dan para alter ego saya, itu berarti sangat banyak. Biarlah saja, ini dikarenakan disorientasi karena saya lama nggak nulis. Harap maklum kawan.

Saya suka hujan. Saya tidak suka hujan.
Saya plin plan. Ya.

Saya suka hujan karena bau tanah yang tersiram hujan mengingatkan saya pada rumah, buku yang baru dibuka, dan selimut hangat.
Saya suka hujan karena kita bisa menangis di bawah hujan. Tidak ada orang yang mau repot-repot membedakan apakah itu air mata atau air hujan. Toh sama saja basah.
Saya suka hujan karena bisa dijadikan alasan untuk tidak datang ke janji yang menyebalkan (kalau ada).
Saya suka hujan karena hujan membuat saya sah-sah saja untuk lebih lama tiduran di kasur dan minum susu hangat.
Saya suka hujan karena waktu hujan itu kita menunggu di halte yang sama, meskipun lidah saya kelu karena tak sanggup bicara kedinginan.
Saya suka hujan karena berharap setelahnya ada pelangi dan saya bisa kebagian duit dari guci harta karun yang disembunyikan kurcaci.

Kadang kalau lagi labil saya suka menjulurkan tangan saya keluar jendela. Menadah hujan. Berharap dengan seperti itu saya bisa ikut meleleh ke tanah bersama hujan.
Sayangnya akhir-akhir ini saya sering sekali kambuh labilnya. Sayangnya juga di kostan saya nggak ada jendela buat main leleh-lelehan kayak gitu.
Dan di rumah saya nggak bakal sempet mainan hujan karena terlalu sibuk menjadi Ijah Pelayan Seksi.
Kasian ya?
Iya memang, begitulah nasib.

Sore ini juga hujan. Tapi tidak cantik.
Langitnya terlalu cengeng hari ini. Terlalu banyak air yang tumpah.
Hujan merah, hujan hijau, dan hari ini (mungkin) hujan jingga.
Apa itu?
Cuma saya, Tuhan, dan hujan yang tahu.

Sesorean saya sibuk menghirup-hirup bau hujan. Bernapas pelan dan dalam sambil tiduran.
Berharap ada aroma dua hari lalu.
Tapi tidak.
Karena hujannya terlalu lama, yang tercium malah aroma sampah yang terbawa air hujan.
Sungguh tidak sama.

Oh iya, saya juga tidak suka hujan.
Kalau saya adalah Sybil yang punya 16 kepribadian, mungkin kesukaan dan ketidaksukaan saya terhadap hujan akan sama rata bagiannya.
Jadi 8 kepribadian mencintai hujan. Dan 8 kepribadian lainnya membenci hujan.
Tapi saya bukan Sybil.
Saya cuma satu orang, yang kadang suka dan kadang tidak terhadap hujan.

Saya tidak suka hujan kalau dia datang sepulang saya kuliah, membuat sepatu, baju, dan barang bawaan saya basah.
Saya tidak suka hujan ketika hujan membuat janji yang sudah saya nanti-nantikan jadi batal.
Saya tidak suka hujan yang bikin banjir. Sama sekali tidak romantis.
Saya tidak suka hujan kalau disertai suara gluduk-gluduk yang membuat saya harus menutup jendela, mematikan tivi dan laptop karena takut kesamber petir..
Saya tidak suka hujan karena hujan waktu itu membuat kamu pulang duluan sebelum hujannya makin lebat.

Meskipun perasaan saya nggak menentu terhadap hujan, bagi saya hujan adalah nyanyian pengantar tidur yang indah.
Lullaby.
Ssstt....