Minggu, 23 Januari 2011

Cerita Kata



Saya ingin mencintai Kata.
Kata yang muncul pagi tadi, seharian, dan Kata yang muncul malam ini.
Kenapa?
Karena Kata tidak pernah bohong.
Kebohongan muncul karena Kata yang terucap terkontaminasi rasa.
Percaya deh sama saya, Kata hati dan Kata pikiran adalah hal paling jujur.
Jangan ucapkan apa-apa, cukup dengarkan Kata-Kata, kamu akan tahu.

Coba saya bisa mengucapkan Kata-Kata sesuka saya.
Tapi tentu saja nggak bisa.
Ini hidup boy, semua ada aturannya.
Kalau saya seenaknya berkata, bisa-bisa tiap hari saya digampar orang.
Saya nggak mau begitu.

Saya ingin berpelukan dengan Kata.
Kalau gak ada Kata, saya nggak tahu kita berkomunikasi pakai apa, bahasa isyaratkah?
Mungkin lebih simpel, atau malah lebih banyak salah paham?
Ajaib ya, bagaimana bisa sebuah Kata diartikan berlainan bagi setiap orang.
Kenapa sih orang-orang tidak membuat Kata yang artinya pasti, tidak ambigu?
Kenapa sebuah rasa bisa memberikan arti lain pada suatu Kata, padahal itu Kata yang sama?
Kenapa begitu sulit mengucapkan Kata-Kata yang pertama kali muncul di pikiran, kenapa harus lewat edit-editan?

Mungkin karena si Kata itu malu jika keluar begitu polos tanpa polesan.
Mungkin kata itu cewek, jadi dia perlu dandan dulu, pake topeng biar keliatan bagus.

Kalau begitu, saya tidak bisa mencintai kamu, Kata.
Kita sejenis, saya masih normal, maap.

Bagaimana kalo kita temenan aja?
Jangan berkhianat ya, Kata..
Saya tahu teman baik tidak pernah berkhianat.

Sekarang saya berteman dengan Kata, tapi kadangkala, lebih baik diam saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar