Minggu, 23 Januari 2011

Mio

Saya pernah janji mau posting foto kucing saya, si Mio.
Cekidot (saya cuma punya satu fotonya, haha):


lucu kan? :)

Di bawah ini ada foto-foto kucing, bukan Mio, tapi mirip banget sama dia.





hehe, unyu sekali uuuuu~

(Bukan) Sinetron Stripping

Ah, senangnya, emang ya pagi-pagi itu paling enak, internet kenceng dan nggak ada yang brisik.
Saya jadi nyesel akhir-akhir ini saya selalu bangun siang selama di kostan.
Kalo nggak ada kerjaan paginya, saya dipastikan baru bener-bener buka mata sekitar jam sebelasan. Kalah sama ayam.
Kalau ibu saya tau, bisa-bisa dimarahin, hehe.

Karena bangun kesiangan, saya jadi nggak sempet nonton dahsyat dan inbox, sedih.
Saya kan mau belajar joget "kucek-jemur" dari acara itu.
Bayangkan ya, saya udah bosen banget jemur pakaian dengan gaya yang itu-itu aja. Sama sekali nggak kreatif, huh.
Makanya saya mau belajar dari para penonton yang ada di dahsyat itu, asik banget jogetnya, saya sampe terhipnotis.
Lumayan, bisa represing joget-joget selama jemur pakaian.

Oh, ngomong-ngomong, saya udah jarang jemur pakaian sekarang.
Cucian saya bawa ke laundry semua.
Soalnya cuaca lagi nggak jelas dan anginnya bener-bener waw.
Tiap kali jemur pakaian, pasti terbang kemana-mana.
Saya kan capek berkali-kali naik ke atap buat ambil pakaian saya.
Lagipula, tukang-tukang di apartemen sebelah annoying banget, suka suit-suitin.
Saya nggak suka disuit-suitin, saya lebih suka dikasih duit.

Aduh ini benar-benar nggak jelas, sampai saya nggak tahu lagi mau dibawa kemana alurnya.
Oh iya, hari ini saya pulaaaaaang ^^.
Senangnya, teroret teroret.
Semalem saya udah beres-beres kamar (baca: menyembunyikan yang tidak perlu di kolong).
Karena saya nggak punya lap lantai, maka saya secara (tidak) sengaja menjadikan handout psiblablabla sebagai lapnya waktu saya numpahin minuman.
Rasanya agak-agak puas gimana gitu, habis saya sebel banget sama kuliah itu dan dosennya setelah semester lalu berakhir, huh!

Astaga, semoga dosen saya nggak baca, semoga temen-temen kampus saya nggak baca.

Udah ya, kita ketemu di postingan berikutnya (ceritanya lagi bayar utang postingan :p)

Umm, ada petir barusan, jangan hujan dong.
Saya cinta kamu hujan, tapi jangan datang sekarang, saya kan mau pulang, oke ;)

Cerita Kata



Saya ingin mencintai Kata.
Kata yang muncul pagi tadi, seharian, dan Kata yang muncul malam ini.
Kenapa?
Karena Kata tidak pernah bohong.
Kebohongan muncul karena Kata yang terucap terkontaminasi rasa.
Percaya deh sama saya, Kata hati dan Kata pikiran adalah hal paling jujur.
Jangan ucapkan apa-apa, cukup dengarkan Kata-Kata, kamu akan tahu.

Coba saya bisa mengucapkan Kata-Kata sesuka saya.
Tapi tentu saja nggak bisa.
Ini hidup boy, semua ada aturannya.
Kalau saya seenaknya berkata, bisa-bisa tiap hari saya digampar orang.
Saya nggak mau begitu.

Saya ingin berpelukan dengan Kata.
Kalau gak ada Kata, saya nggak tahu kita berkomunikasi pakai apa, bahasa isyaratkah?
Mungkin lebih simpel, atau malah lebih banyak salah paham?
Ajaib ya, bagaimana bisa sebuah Kata diartikan berlainan bagi setiap orang.
Kenapa sih orang-orang tidak membuat Kata yang artinya pasti, tidak ambigu?
Kenapa sebuah rasa bisa memberikan arti lain pada suatu Kata, padahal itu Kata yang sama?
Kenapa begitu sulit mengucapkan Kata-Kata yang pertama kali muncul di pikiran, kenapa harus lewat edit-editan?

Mungkin karena si Kata itu malu jika keluar begitu polos tanpa polesan.
Mungkin kata itu cewek, jadi dia perlu dandan dulu, pake topeng biar keliatan bagus.

Kalau begitu, saya tidak bisa mencintai kamu, Kata.
Kita sejenis, saya masih normal, maap.

Bagaimana kalo kita temenan aja?
Jangan berkhianat ya, Kata..
Saya tahu teman baik tidak pernah berkhianat.

Sekarang saya berteman dengan Kata, tapi kadangkala, lebih baik diam saja.